WEB BLOG
this site the web

Cerita Sex Iseng-Iseng Ke Perpustakaan Malah Dapat Bonus Ngentot


Cerita Sex Iseng-Iseng Ke Perpustakaan Malah Dapat Bonus Ngentot – Kali ini JEJAKMALAM akan menceritakan Cerita Hot ketika diriku iseng-iseng pergi ke perpustakaan dan malah mendapat bonus Ngentot. Mau tahu kelanjutan ceritanya? Langsung aja yuk baca dan simak baik-baik cerita dewasa ini.

Awal mula kisah Sex ini bermula saat Joni iseng-iseng untuk pergi keperpustakaan. Sebelumnya memang joni sama sekali tidak pernah ke perpustakaan, memang hal yang aneh bagi joni sih, untuk pergi ke perpustakaan. Jangankan untuk ke perpustakaan untuk kuliah saja dia sangat jarang mengikuti perkuliahan. Sampai akhirnya Joni telah berada di dalam perpustakaan.

Eh… ternyata benar memang niat Joni tidak seperti umumnya Mahasiswa lainya yang datang untuk membaca, melainkan dia datang bermaksud untuk tidur. Perpustakaan kampus biasaya jam segitu sangat sepi. Joni kemudian bergegas mengambil beberapa buku tebal dan besar, kemudian posisi meja paling ujung untuk tidur. Namun ketika Joni hendak memejamkan mata, tiba-tiba pandangan matanya terganggu oleh sebuah pemandangan.

Poker Uang Asli Casino Online
Rupanya di meja depan Joni, duduk-lah seorang wanita manis yang membuat rasa ngantuk joni sekilas menghilang. Walaupun wanita itu kakinya terlilit kain celana jeans, tapi itu tidak menghilangkan bentuk kaki indah wanita itu. Ditambah lagi wanita itu mempunyai pantat yang terlihat kenyal, rambut panjang terurai, berkulit putih, bibir menggemaskan, dan ukuran payudara yang cukup besar. Hal itulah yang membuat joni tiba-tiba tidak mengantuk.

Naluri lelaki Joni-pun kemudian keluar begitu saja dengan disusulnya penis Joni yang langsung Ereksi ketika melihat wanita yang di depannya itu. Wanita itu adalah mahasiswi tingkat pertama yang beberapa bulan lalu masuk kuliah. Ketika itu wanita ini begitu asyik dengan membaca buku di perpustakaan, sehingga dia tidak mengetahui dari tadi Joni memperhatikanya dengan penuh birahi. Beberapa waktu kemudian wanita itu-pun beranjak untuk menuju Toilet wanita.

Ditengah wanita itu menuju ke toilet Joni-pun bergegas mengawasi sekitar lokasi, ternyata lokasi aman. Kemudian Joni-pun membututi wanita itu ke Toilet, sesampainya Joni di didepan pintu Toilet, dengan perlahan Joni membuka pintu Toilet. Dengan wajah penuh birahi, Joni melihat wanita itu sedang bercermin, sembari membasuh wajahnya dengan air kran. Dengan cepatnya Joni kemudian menyekap wanita itu dari belakang sembari menutup mulutnya dengan tangan kananya.

Kemudian aksinya diteruskan dengan menyeret wanita itu ke salah satu ruang Toilet, lalu dia mengunci pintunya, dan mendorong wanita itu ke arah dinding Toilet. Badannya yang kekar dan tenanganya yang besar membuat wanita itu tidak bisa bergerak sama sekali. Sesaat wanita itu mencoba berteriak untuk minta tolong, tapi percuma saja dia berteriak, karena mulutnya tertutup oleh tangan Joni,

“ Heh… jangan teriak, coba aja kalau berani teriak sekali lagi, bakal nyesel Lo seumur hidup !!! ” bisik Joni di telinga wanita itu,
Perlahan Joni melepas bekapannya, wanita itu kelihatan takut dan terpaku, tangan Joni perlahan meremas pantat wanita itu yang padat. Wanita itu hendak menjerit namun Karena takut ancaman Joni ,Dia kembali terdiam. Wanita itu mulai menangis, tapi tangisan itu membuat kemanisan wanita itu makin terlihat ,Dia tidak melawan saat pantatnya diremas remas Joni.

Namun saat Joni hendak menarik lepas sweaternya, Dia berontak. Tapi walaupun akhirnya Joni berhasil melepas sweater pink itu. ternyata wanita itu dibalik sweater pink itu hanya memakai kaos putih ketat, payudaranya terlihat menonjol sempurna, apalagi ternyata Dia tidak memakai bra, sehingga putingnya mencuat menggairahkan di balik kaos. pemandangan yang membuat Joni tersenyum, what a seksi body. Wanita itu menyilangkan tangannya di dada, sadar jika payudaranya terlihat.

“ tolong… jangan… saya masih perawan… ” wanita itu memohon

“ Siapa nama kamu … manis, ? ”

“ Lita… tolong lepasin saya… saya kasih apa aja… asal lepasin saya… . ”

“ Nama yang indah ” ucap Joni sembari meremas payudara Lita, sempat berontak kemudian Joni mengancam Lita,
“ Diam… atau Gue harus iket tangan Lo, ato Gue bakal panggil temen temen Gue…

jangan melawan, Lo cuman layaninn Gue doang. ”

Perlawanannya perlahan melemah, membuat Joni bebas meremas dan memainkan puting Lita yang masih terbalut kaus ketat. sambil tetap meremas payudara Lita, satu tangan Joni membuka kancing jeans Lita,menurunkan seletingnya,dan menurunkan perlahan jeans tersebut. Dia lihat kebawah, Dia lihat Lita memakai celana dalam putih yang sangat seksi. Dia dengan segera melucuti kaos ketat Lita, dan menarik lepas celana dalam Lita.

Dia memandangi tubuh Lita yang indah tanpa selembar benangpun, ikat rambutnya Joni buka sehingga rambutnya hitam teruarai menambah keseksian Lita. Joni lantas menyuruh Lita membuka satu persatu pakaDian Joni. Begitu celana terakhri Joni terlepas, Dia menyuruh Lita berlutut dan mengulum Penisnya yang besar.

Lita menolak, meski Penis Joni terus dipaksakan masuk, Lita tetap tak mau mebuka mulut, sehingga Joni harus memijit hidung Lita dengan keras ,sehingga mulutnya terbuka, sekejap pula Dia memasukan Penisnya ke dalam mulut Lita.

Dengan paksa Joni mengerak gerkan kepala Lita maju mundur, awalnya Lita tidak melakukan apapun, namun akhirnya dia mulai memainkan lidahnya, Penis Joni Dia jilati, dan kadang dia sedot dengan kuat, membuat Joni mendesisi keenakan.

sampai akirnya ketika Joni keluar, Lita terpaksa menelen sperma Joni. Ketika giliran Joni menyentuh vagina Lita dia merasakan vagina tersebut sudah basah.

“ Oohhmm… kamu suka juga kan ternyata… dasar muna Lo… ”

Wajah Lita terlihat memerah menahan malu. kini giliran Joni yang berlutut di depan Lita dan menjilati vagina Lita. Permainan lidah Joni di vaginanya membuat Lita merintih, mendesah, dan mengerang. Apalagi payudaranya kembali di remas oleh Joni. Setelah dirasa cukup basah, Joni mebaringkan Lita di lantai wc yang dingin, tanpa basa basi.

Dengan cepat Joni-pun menancapkankan Penisnya ke vagina Lita, ternyata masih sempit dan memang Lita masih virgin. Butuh usaha keras bagi Penis Joni untuk menembusnya, hingga akhirnya seiring jeritan Lita, darah perawan mengalir. Joni terus mendorong, cepat dan makin cepat, teriakan tangangisan, erangan dan rintihan Lita menjadi stimulus untuknya.

Baca Juga: Cerita Sex Ngentot Dengan Polwan Semok Karna Tak Pakai Helm

hingga akhirnya Lita menjerit tanda klimaks, membuat Joni makin semangat, payudara Lita bergo yang seirama dengan gerakan maju mundur Joni. Begitu klimaks, Joni sembari meremas kencang payudara Lita, sehingga Lita menjerit kesakitan. Joni tertawa puas, siapa bilang ke perpustakaan tak ada gunanya. Ternyata perpustakaan memberikan suatu bonus ngesex dengan salah satu mahasiswi yang cantik.hhe. Selesai. 

Cerita Sex Kurelakan Diriku Disetubuhi Sopirku Karna Penasaran


mau melindungi nona kita dari para lelaki iseng”
“Dari mana kakang tahu kalau mereka itu lelaki iseng?”
“Ya dari nganu…eng..yaa itu!” ujar mang Narko tak bisa menjemukan jawaban yg pasti.
“Itu! Nganu! Bilang saja kalau kakang cemburu sama mereka. Takut nona kita kecantol sama salah satu dari mereka. Ya kan?!”cibir mbak Siti.

Mang Narko hanya nyengir malu sambil menggaruk-garuk kepalanya yg tdk gatal karena mbak Siti mampu menebak pikirannya dengan tepat.Sementara aku sendiri tertawa geli mendengar perdebatan kedua suami-istri itu.

“Iya sih, Ti. Aku memang cemburu sama pemuda-pemuda itu…” masih kudengar ucapan bernada lesu mang Narko kepada mbak Siti.

Ia letakan sapu lidinya dan duduk di atas sebuah batu. Mbak Siti menggeleng-gelengkan kepala melihat suami tuanya itu bertingkah bagai seorang pemuda yg tengah kasmaran itu.

“Kang! Kakang itu ngaca dulu dong!. Kakang ndak bisa berharap memiliki dia seperti aku dan istri-istri kakang dulu.

Bagaimanapun juga non Monica itu pantas mendapatkan jodoh yg sepadan buatnya. Dan suatu hari nanti hal itu pasti akan datang juga.” Timpal mbak Siti. Jelas pembicaraan itu tengah membahas diriku.

“Aku tahu nduk. Tapi… setdknya aku pingin sekali jadi yg ‘pertama’ buat non Monica, nduk! Nona kita itu membuat aku serasa muda kembali”
“Kubur saja angan-anganmu itu, kang! Bukankah sudah dia katakan jika dia ndak mau memberikan yg satu itu kepada kakang. Justru sebaliknya saya kuatir non Monica bakal membenci kakang jika kakang nekat melakukannya! Saya heran sekali kakang ndak pernah puas. Masih untung saya mau membantu hasrat terpendam kakang itu ”
“Aku bakal menunggu saat yg tepat nduk. Sampai dia merasa ‘siap’ dulu untuk yg ‘satu’ itu.”
“Hhhhhhh… Terserahkang Narko! Pokoknya aku sudah mengingatkan!. Kalau ada apa-apa kang Narko tanggung sendiri resikonya.”

Pembicaraan mereka berhenti sampai di situ. Aku mengerti dengan maksud pembicaraan mereka. Rupanya hasrat besar mang Narko kepadaku sudah ada sejak lama. Kesempatan itu baru bisa terlaksana akibat rasa penasaranku dan atas batuan mbak Siti. Namun mbak Siti menghargai prinsip dan keinginanku untuk tetap mempertahankan keperawananku.

Sebenarnya aku sendiri terkadang kepingin juga merasakan bila memekku dipenetrasi secara penuh oleh k0ntolnya mang Narko. Dan aku tahu kenikmatannya pasti jauh lebih besar ketimbang cuma melakukan peting seperti yg sudah aku alami. Apalagi setiap menyaksikan persetubuhan panas mereka berdua. Pekik-pekik kenikmatan mbak Siti begitu mendebarkan.

Aku ingin juga seperti dia.. Merasakan kedutan-kedutan besar itu jauh di dalam relung kewanitaanku.. Namun ucapan mami tetap saja membuatku takut melangkah lebih jauh. Aku tak ingin bila dicampakan oleh lelaki yg menjadi suamiku kelak bila ia tahu aku sudah tdk perawan lagi di malam pertama.

Hubungan aneh diantara kami terus berjalan selama kira-kira beberapa bulan ke depan. Hingga semua ketenangan itu terganggu ketika pada suatu hari mbak Siti secara mendadak memaksa mang Narko untuk menceraikannya. Aku juga kaget mendengar kabar itu.

Selama ini tak pernah satu kalipun aku melihat mereka bertengkar. Jikapun ada itu hanya sebuah perdebatan kecil yg langsung terselesaikan saat itu juga. Aku berusaha mencari tahu penyebabnya dengan bertanya pada mang Narko. Ia mengatakanbahwa mbak Siti telah main mata dengan mantan pacarnya di kampung dulu yg kini memiliki kehidupan sukses setelah menjadi TKI ke luar negeri.

Baru kuketahui juga jika kepada lelaki itu pula mbak Siti menyerahkan keperawanannya. Mereka bahkan sudah berencana menikah setelah mbak Siti mendapatkan izin cerai darimang Narko.Dengan berat hati mang Narko terpaksa mengabulkannya. Ia tahu mbak Siti tetap juga akan pergi meski tak ia ceraikan.

“Mbak?! Kenapa tega sekali terhadap Mamang?” protesku pada mbak Siti saat ia sedang mengemasi pakaiannya.

Sepertinya tdk tersinggung dengan ucapanku. Ia hanya tersenyum getir.

“Non…Mang Narko adalah pria yg baik. Bersamanya hidupku penuh dengan gairah meledak-ledak. Tapi dia bukanlah type seorang suami apalagi bapak yg ideal bagi sebuah keluarga. Umur mbak semakin hari semakin tua. Seorang wanita hanya memiliki kesempatan selagi ia masih muda. Dan mbak tak ingin semuanya menjadi terlambat.” Pada saat itu aku masih belum mengerti dengan ucapannya itu.

Baru sekarang aku paham maksud mbak Siti kala itu.

“Saya tdk paham maksud, mbak?”
“Hhhhhhh…..” kudengar ia menghela napas “Kamu ini masih bau kencur, non. Kelak kamu akan mengerti maksudku”
“Tapi kasihan mamang sendirian…”ujarku.

Aku masih belum menerima ia meninggalkan mang Narko. Aku mengganggap mbak Siti telah salah melakukan hal ini. Dan aku sungguh berharap ia mau berubah pikiran dan mengurungkan kepergiannya.

“Percayalah….meski mbak pergi namun mang Narko ndak bakal kesepian sebab dia sudah punya pengganti diri mbak yg jauh lebih baik”
“Ganti? Siapa yg Mbak maksud?” tanyaku.

Aku sempat mengira kemungkinan yg dimaksudkan mbak Siti itu adalah salah satu istri mang Narko yg lain.

“Ya orangnya itu kamuu toh nduk!”jawab Mbak Siti sambil mencubit pipiku gemas
“A aaku, mbak?”
“Iya kamu. Hi hi hi” ujarnya sambil memperdengarkan tawa khas-nya.

Aku justru bertambah bingung namunaku tak tahu harus berkata apa-apa lagi saat ia ‘mengangkat kopernya.

“Nah Non, mbak pamit dulu sekarang. Dan mbak titip mang Narko padamu,ya…” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Aku ikut-ikutan jadi terharu. Tak kusangka ternyata mbak Siti masih memiliki perhatian terhadap mantan suami tuanya itu.

Baca Juga: Cerita Sex Iseng-Iseng ke Perpustakaan Malah Dapat Bonus Ngentot

Keputusan mbak Siti benar-benar sudah bulat dan tak dapat dicegah lagi. Akhirnya dia pergi meninggalkan kami hari itu.

Cerita Sex Enaknya Menikmati Memek Mbak Tiara Dari Bawah Mejanya


Cerita Sex Enaknya Menikmati Memek Mbak Tiara Dari Bawah Mejanya – Kali ini JEJAKMALAM akan menceritakan Cerita Hot ketika diriku menikmati memek Mbak Tira yang indah dari bawah meja kerjanya. Mau tahu kelanjutan ceritanya? Langsung aja yuk baca dan simak baik-baik cerita dewasa ini.

Bu Tiara dia adalah atasanku yg masih baru, dia menjabat sebagai acounting manager baru 3 minggu, biasanya aku sering dipanggil ke ruangannya untuk menjelaskan budget yg terjadi pada bulan kemarin. Umurnya kutaksir sekitar 27 tahunan. Sebagai atasan, sebelumnya kupanggil “Bu”, walau umurku sendiri 5 tahun di atasnya.

Tapi atas permintaanya sendiri, seminggu yg lalu, ia mengatakan lebih suka jika di panggil “Mbak”. Sejak waktu itu mulai terbina suasana serta hubungan kerja yg hangat, tak terlalu formal. Terutama sebab sikapnya yg ramah. Ia sering langsung menyebut namaku, sesekali jika sesertag bersama teman kerja lainnya, ia menyebut “Pak”.

Poker Uang Asli Casino Online
Serta tanpa kusadari pula, diam-diam aku merasa betah serta nyaman jika memansertag wajahnya yg cantik serta lembut menawan. Ia memang menawan sebab sepasang bola matanya sewaktu-waktu bisa bernar-binar, atau menatap dgn tajam. Tapi di balik itu semua, ternyata ia suka mendikte.

Mungkin telah menduduki jabatan yg cukup tinggi dalem umur yg relatif muda, kepercayaan dirinya pun cukup tinggi untuk menyuruh seseorang melaksanakan apa yg diinginkannya. Bu Tiara selalu berpakaian formal. Ia selalu mengenakan blouse serta rok hitam yg agak menggantung sedikit di atas lutut.

Jika sesertag berada di ruang kerjanya, diam-diam aku pun sering memansertag lekukan pinggulnya ketika ia bangkit mengambil file dari rak folder di belakangnya. Walau bagian bawah roknya lebar, tetapi aku bisa melihat pinggul yg samar-samar tercetak dari baliknya. Sangat menarik, tak besar tetapi jelas bentuknya membongkah, memaksa mata lelaki menerawang untuk mereka-reka keindahannya.

Di dalem ruang kerjanya yg besar, persis di samping meja kerjanya, terbisa seperangkat sofa yg sering dipergunakannya menerima tamu-tamu perusahaan. Sebagai Accounting Manager, tentu selalu ada pembicaraan-pembicaraan ‘privacy’ yg lebih nyaman dilakukan di ruang kerjanya daripada di ruang rapat.

Aku merasa beruntung jika dipanggil Bu Tiara untuk membahas cash flow keuangan di kursi sofa itu. Aku selalu duduk persis di depannya. Serta jika kami terlibat dalem pembicaraan yg cukup serius, ia tak menyadari roknya yg agak tersingkap. Di situlah keberuntunganku. Aku bisa melirik sebagian kulit paha yg berwarna gading. Kasertag-kasertag lututnya agak sedikit terbuka sehingga aku berusaha untuk mengintip ujung pahanya.

Tapi mataku selalu terbentur dalem kegelapan. Andai saja roknya tersingkap lebih tinggi serta kedua lututnya lebih terbuka, tentu akan bisa kupastikan apakah rambut-rambut halus yg tumbuh di lengannya juga tumbuh di sepanjang paha hingga ke pangkalnya. Jika kedua lututnya rapat kembali, lirikanku berpindah ke betisnya. Betis yg indah serta bersih. Terawat.

Ketika aku terlena menatap kakinya, tiba-tiba aku dikejutkan oleh pertanyaan Bu Tiara..
“Thomas, aku merasa bahwa kamu sering melirik ke arah betisku. Apakah dugaanku salah?” Aku terdiam sejenak sambil tersenyum untuk menyembunyikan jantungku yg tiba-tiba berdebar.

“Thomas, salahkah dugaanku?”
“Hmm.., ya, benar Mbak,” jawabku mengaku, jujur. Bu Tiara tersenyum sambil menatap mataku.
“Mengapa?” Aku membisu. Terasa sangat berat menjawab pertanyaan sederhana itu. Tapi ketika menengadah menatap wajahnya, kulihat bola matanya berbinar-binar menunggu jawabanku.

“Aku suka kaki Mbak. Suka betis Mbak. Indah. Serta..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya.

“Aku juga sering menduga-duga, apakah kaki Mbak juga ditumbuhi rambut-rambut.”

“Persis seperti yg kuduga, kamu pasti berkata jujur, apa adanya,” kata Mbak Tiara sambil sedikit mendorong kursi rodanya.

“Agar kamu tak penasaran menduga-duga, bagaimana kalo kuberi kesempatan memeriksanya sendiri?”

“Sebuah kehormatan besar untukku,” jawabku sambil membungkukan kepala, sengaja sedikit bercanda untuk mencairkan pembicaraan yg kaku itu.

“Kompensasinya apa?”

“Sebagai rasa hormat serta tanda terima kasih, akan kuberikan sebuah ciuman.”

“Bagus, aku suka. Bagian mana yg akan kamu cium?”

“Betis yg indah itu!” “Hanya sebuah ciuman?” “Seribu kali pun aku bersedia.”

Mbak Tiara tersenyum manis ditahan. Ia berusaha manahan tawanya.
“Serta aku yg menentukan di bagian mana saja yg harus kamu cium, OK?”
“Deal, my lady!”
“I like it!” kata Bu Tiara sambil bangkit dari sofa.

Ia melangkah ke mejanya lalu menarik kursinya hingga ke luar dari kolong mejanya yg besar. Setelah menghempaskan pinggulnya di atas kursi kursi kerjanya yg besar serta empuk itu, Bu Tiara tersenyum.

Matanya berbinar-binar seolah menaburkan sejuta pesona birahi. Pesona yg membutuhkan sanjungan serta pujaan.
“Periksalah, Thomas. Berlutut di depanku!” Aku membisu. Terpana mendengar perintahnya. “Kamu tak ingin memeriksanya, Thomas?” tanya Bu Tiara sambil sedikit merenggangkan kedua lututnya.

Sejenak, aku berusaha meredakan debar-debar jantungku. Aku belum pernah diperintah seperti itu. Apalagi diperintah untuk berlutut oleh seorang wanita. Bibir Bu Tiara masih tetap tersenyum ketika ia lebih merenggangkan kedua lututnya.
“Thomas, kamu tahu warna apa yg tersembunyi di pangkal pahaku?” Aku menggeleng lemah, seolah ada kekuatan yg tiba-tiba merampas sendi-sendi di sekujur tubuhku.

Tatapanku terpaku ke dalem keremangan di antara celah lutut Bu Tiara yg meregang. Akhirnya aku bangkit menghampirinya, serta berlutut di depannya. Sebelah lututku menyentuh karpet. Wajahku menengadah. Mbak Tiara masih tersenyum. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, serta sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.

“Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya. “Kunci dulu pintu itu,” katanya sambil menunjuk pintu ruang kerjanya. Serta dgn patuh aku melaksanakan perintahnya, kemudian berlutut kembali di depannya. Bu Tiara menopangkan kaki kanannya di atas kaki kirinya. Gerakannya lambat seperti bermalas-malasan. Pada waktu itulah aku menbisa kesempatan memansertag hingga ke pangkal pahanya.

Kali ini tatapanku terbentur pada secarik kain tipis berwarna putih. Pasti ia memakai G-String, kataku dalem hati. Sebelum paha kanannya benar-benar tertopang di atas paha kirinya, aku masih sempat melihat rambut-rambut ikal yg menyembul dari sisi-sisi celana dalemnya. Segitiga tipis yg hanya selebar kira-kira dua jari itu terlalu kecil untuk menyembunyikan semua rambut yg mengitari pangkal pahanya. Bahkan sempat kulirik baygan lipatan bibir di balik segitiga tipis itu.

“Suka?” Aku mengangguk sambil mengangkat kaki kiri Bu Tiara ke atas lututku. Ujung hak sepatunya terasa agak menusuk. Kulepaskan klip tali sepatunya. Lalu aku menengadah. Sambil melepaskan sepatu itu. Mbak Tiara mengangguk. Tak ada komentar penolakan. Aku menunduk kembali. Mengelus-elus pergelangan kakinya.

Kakinya mulus tanpa cacat. Ternyata betisnya yg berwarna gading itu mulus tanpa rambut halus. Tapi di bagian atas lutut kulihat sedikit ditumbuhi rambut-rambut halus yg agak kehitaman. Sangat kontras dgn warna kulitnya.

Aku terpana. Mungkinkah mulai dari atas lutut hingga.., hingga.. Aah, aku menghembuskan nafas. Rongga dadaku mulai terasa sesak. Wajahku sangat dekat dgn lututnya. Hembusan nafasku ternyata membuat rambut-rambut itu meremang.
“Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya. Kenyal.
“Suka, Thomas?” Aku mengangguk.
“Tunjukkan bahwa kamu suka. Tunjukkan bahwa betisku indah!”

Aku mengangkat kaki Bu Tiara dari lututku. Sambil tetap mengelus betisnya, kuluruskan kaki yg menekuk itu. Aku sedikit membungkuk agar bisa mengecup pergelangan kakinya. Pada kecupan yg kedua, aku menjulurkan lidah agar bisa mengecup sambil menjilat, mencicipi kaki indah itu. Akibat kecupanku, Bu Tiara menurunkan paha kanan dari paha kirinya.

Serta tak sengaja, kembali mataku terpesona melihat bagian dalem kanannya. Sebab ingin melihat lebih jelas, kugigit bagian bawah roknya lalu menggerakkan kepalaku ke arah perutnya. Ketika melepaskan gigitanku, kudengar tawa tertahan, lalu ujung jari-jari tangan Bu Tiara mengangkat daguku. Aku menengadah.
“Kurang jelas, Thomas?” Aku mengangguk.

Bu Tiara tersenyum nakal sambil mengusap-usap rambutku. Lalu telapak tangannya menekan bagian belakang kepalaku sehingga aku menunduk kembali. Di depan mataku kini terpampang keindahan pahanya. Tak pernah aku melihat paha semulus serta seindah itu. Bagian atas pahanya ditumbuhi rambut-rambut halus kehitaman. Bagian dalemnya juga ditumbuhi tetapi tak selebat bagian atasnya, serta warna kehitaman itu agak memudar. Sangat kontras dgn pahanya yg berwarna gading.

Aku merinding. Sebab ingin melihat paha itu lebih utuh, kuangkat kaki kanannya lebih tinggi lagi sambil mengecup bagian dalem lututnya. Serta paha itu semakin jelas. Menawan. Di paha bagian belakang mulus tanpa rambut. Sebab gemas, kukecup berulang kali. Kecupan-kecupanku semakin lama semakin tinggi. Serta ketika hanya berjarak kira-kira selebar telapak tangan dari pangkal pahanya, kecupan-kecupanku berubah menjadi ciuman yg panas serta basah.

Sekarang hidungku sangat dekat dgn segitiga yg menutupi pangkal pahanya. Sebab sangat dekat, walau tersembunyi, dgn jelas bisa kulihat baygan bibir kewanitaannya. Ada segaris kebasahan terselip membayg di bagian tengah segitiga itu. Kebasahan yg dikelilingi rambut-rambut ikal yg menyelip dari kiri kanan G-stringnya. Sambil menatap pesona di depan mataku, aku menarik nafas dalem-dalem. Tercium aroma segar yg membuatku menjadi semakin tak berdaya.

Aroma yg memaksaku terperangkap di antara kedua belah paha Bu Tiara. Ingin kusergap aroma itu serta menjilat kemulusannya. Bu Tiara menghempaskan kepalanya ke sandaran kursi. Menarik nafas berulang kali. Sambil mengusap-usap rambutku, diangkatnya kaki kanannya sehingga roknya semakin tersingkap hingga tertahan di atas pangkal paha.

“Suka Thomas?”
“Hmm.. Hmm..!” jawabku bergumam sambil memindahkan ciuman ke betis serta lutut kirinya. Lalu kuraih pergelangan kaki kanannya, serta meletakkan telapaknya di pundakku. Kucium lipatan di belakang lututnya.

Bu Tiara menggelinjang sambil menarik rambutku dgn manja. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalem serta semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Serta ketika bibirku mulai mengulum rambut-rambut ikal yg menyembul dari balik G-stringnya, tiba-tiba Bu Tiara mendorong kepalaku.

Aku tertegun. Menengadah. Kami saling menatap. Tak lama kemudian, sambil tersenyum menggoda, Bu Tiara menarik telapak kakinya dari pundakku. Ia lalu menekuk serta meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Pose yg sangat memabukkan. Sebelah kaki menekuk serta terbuka lebar di atas kursi, serta yg sebelah lagi menjuntai ke karpet.
“Suka Thomas?”.
“Hmm.. Hmm..!”.
“Jawab!”.
“Suka sekali!”

Pemandangan itu tak lama. Tiba-tiba saja Mbak Tiara merapatkan kedua pahanya sambil menarik rambutku.
“Nanti ada yg melihat baygan kita dari balik kaca. Masuk ke dalem, Thomas,” katanya sambil menunjuk kolong mejanya.
Aku terkesima. Mbak Tiara merenggut bagian belakang kepalaku, serta menariknya perlahan. Aku tak berdaya. Tarikan perlahan itu tak mampu kutolak. Lalu Bu Tiara tiba-tiba membuka ke dua pahanya serta mendaratkan mulut serta hidungku di pangkal paha itu.

Kebasahan yg terselip di antara kedua bibir kewanitaan terlihat semakin jelas. Semakin basah. Serta di situlah hidungku mendarat. Aku menarik nafas untuk menghirup aroma yg sangat menyegarkan. Aroma yg sedikit seperti daun pandan tetapi mampu membius saraf-saraf di rongga kepala. “Suka Thomas?”. “Hmm.. Hmm..!” “Sekarang masuk ke dalem!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.

Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku sudah tak bisa berpikir waras. Tak peduli dgn segala kegilaan yg sesertag terjadi. Tak peduli dgn etika, dgn norma-norma bercinta, dgn sakral dalem percintaan.

Aku hanya peduli dgn kedua belah paha mulus yg akan menjepit leherku, jari-jari tangan lentik yg akan menjambak rambutku, telapak tangan yg akan menekan bagian belakang kepalaku, aroma semerbak yg akan menerobos hidung serta memenuhi rongga dadaku, kelembutan serta kehangatan dua buah bibir kewanitaan yg menjepit lidahku, serta tetes-tetes birahi dari bibir kewanitaan yg harus kujilat berulang kali agar akhirnya dihadiahi segumpal lendir orgasme yg sudah sangat ingin kucucipi.

Di kolong meja, Bu Tiara membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Aku mengulurkan tangan untuk meraba celah basah di antara pahanya. Tapi ia menepis tanganku. “Hanya lidah, Thomas! OK?” Aku mengangguk. Serta dgn cepat membenamkan wajahku di G-string yg menutupi pangkal pahanya. Menggosok-gosokkan hidungku sambil menghirup aroma pandan itu sedalem-dalemnya. Bu Tiara terkejut sejenak, lalu ia tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku. .

“Rupanya kamu sudah tak sabar ya, Thomas?” katanya sambil melingkarkan pahanya di leherku.
“Hm..!”
“Haus?”
“Hm!”
“Jawab, Thomas!” katanya sambil menyelipkan tangannya untuk mengangkat daguku. Aku menengadah.
“Haus!” jawabku singkat.

Tangan Bu Tiara bergerak melepaskan tali G-string yg terikat di kiri serta kanan pinggulnya. Aku terpana menatap keindahan dua buah bibir berwarna merah yg basah mengkilap. Sepasang bibir yg di bagian atasnya dihiasi tonjolan daging pembungkus clit yg berwarna pink. Aku termangu menatap keindahan yg terpampang persis di depan mataku.

“Jangan diam saja. Thomas!” kata Bu Tiara sambil menekan bagian belakang kepalaku.
“Hirup aromanya!” sambungnya sambil menekan kepalaku sehingga hidungku terselip di antara bibir kewanitaannya. Pahanya menjepit leherku sehingga aku tak bisa bergerak. Bibirku terjepit serta tertekan di antara dubur serta bagian bawah kemaluannya.

Sebab harus bernafas, aku tak mempunyai pilihan kecuali menghirup udara dari celah bibir kewanitaannya. Hanya sedikit udara yg bisa kuhirup, sesak tetapi menyenangkan. Aku menghunjamkan hidungku lebih dalem lagi. Bu Tiara terpekik. Pinggulnya diangkat serta digosok-gosokkannya hingga hidungku basah berlumuran tetes-tetes birahi yg mulai mengalir dari sumbernya.

Aku mendengus. Bu Tiara menggelinjang serta kembali mengangkat pinggulnya. Kuhirup aroma kewanitaannya dalem-dalem, seolah kemaluannya adalah nafas kehidupannku.
“Fantastis!” kata Bu Tiara sambil mendorong kepalaku dgn lembut. Aku menengadah. Ia tersenyum menatap hidungku yg telah licin serta basah.

“Enak ‘kan?” sambungnya sambil membelai ujung hidungku.
“Segar!” Bu Tiara tertawa kecil. “Kamu pandai memanjakanku, Thomas. Sekarang, kecup, jilat, serta hisap sepuas-puasmu. Tunjukkan bahwa kamu memuja ini,” katanya sambil menyibakkan rambut-rambut ikal yg sebagian menutupi bibir kewanitaannya.

“Jilat serta hisap dgn rakus. Tunjukkan bahwa kamu memujanya. Tunjukkan rasa hausmu! Jangan ada setetes pun yg tersisa! Tunjukkan dgn rakus seolah ini adalah kesempatan pertama serta yg terakhir bagimu!”

Aku terpengaruh dgn kata-katanya. Aku tak peduli walaupun ada nada perintah di seTiarap kalimat yg diucapkannya. Aku memang merasa sangat lapar serta haus untuk mereguk kelembutan serta kehangatan kemaluannya. Kerongkonganku terasa panas serta kering. Aku merasa benar-benar haus serta ingin segera menbisakan segumpal lendir yg akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku.

Lalu bibir kewanitaannya kukulum serta kuhisap agar semua kebasahan yg melekat di situ mengalir ke kerongkonganku. Kedua bibir kewanitaannya kuhisap-hisap berganTiaran. Kepala Bu Tiara terkulai di sandaran kursinya. Kaki kanannya melingkar menjepit leherku. Telapak kaki kirinya menginjak bahuku.

Pinggulnya terangkat serta terhempas di kursi berulang kali. Sesekali pinggul itu berputar mengejar lidahku yg bergerak amelr di dinding kewanitaannya. Ia merintih seTiarap kali lidahku menjilat clitnya. Nafasnya mengebu. Kasertag-kasertag ia memekik sambil menjambak rambutku.

“Ooh, ooh, Thomas! Thomas!” Serta ketika clitnya kujepit di antara bibirku, lalu kuhisap serta permainkan dgn ujung lidahku, Bu Tiara merintih menyebut-nyebut namaku..
“Thomasssss, nikmat sekali sayg.. Thomas! Ooh.. Thomas oooooooooooooooo!”

Telapak kakinya menghentak-hentak di bahu serta kepalaku. Paha kanannya sudah tak melilit leherku. Kaki itu sekarang diangkat serta tertekuk di kursinya. Mengangkang. Telapaknya menginjak kursi. Sebagai gantinya, kedua tangan Bu Tiara menjambak rambutku. Menekan serta menggerak-gerakkan kepalaku sekehendak hatinya.
“Thomas, julurkan lidahmuu! Hisap! Hisaap!”

Aku menjulurkan lidah sedalem-dalemnya. Membenamkan wajahku di kemaluannya. Serta mulai kurasakan kedutan-kedutan di bibir kemaluannya, kedutan yg menghisap lidahku, mengunsertag agar masuk lebih dalem. Beberapa detik kemudian, lendir mulai terasa di ujung lidahku. Kuhisap seluruh kemaluannya. Aku tak ingin ada setetes pun yg terbuang.

Inilah hadiah yg kutunggu-tunggu. Hadiah yg bisa menyejukkan kerongkonganku yg kering. Kedua bibirku kubenamkan sedalem-dalemnya agar bisa langsung menghisap dari bibir kemaluannya yg mungil.
“Thomaso! Hisap Thomasoooooooooooo!”

Aku tak tahu apakah rintihan Bu Tiara bisa terdengar dari luar ruang kerjanya. Seandainya rintihan itu terdengar pun, aku tak peduli. Aku hanya peduli dgn lendir yg bisa kuhisap serta kutelan. Lendir yg hanya segumpal kecil, hangat, kecut, yg mengalir membasahi kerongkonganku. Lendir yg langsung ditumpahkan dari kemaluan Bu Tiara, dari pinggul yg terangkat agar lidahku terhunjam dalem.
“Oh, fantastisssssssssssssssss,” gumam Bu Tiara sambil menghenyakkan kembali pinggulnya ke atas kursinya.

Ia menunduk serta mengusap-usap kedua belah pipiku. Tak lama kemudian, jari tangannya menengadahkan daguku. Sejenak aku berhenti menjilat-jilat sisa-sisa cairan di permukaan kewanitaannya.
“Aku puas sekali, Thomas,” katanya. Kami saling menatap. Matanya berbinar-binar. Sayu. Ada kelembutan yg memancar dari bola matanya yg menatap sendu.

“Thomas.”
“Hm..”
“Tatap mataku, Thomas.” Aku menatap bola matanya.
“Jilat cairan yg tersisa sampai bersih”
“Hm..” jawabku sambil mulai menjilati kemaluannya.
“Jangan menunduk, Thomas. Jilat sambil menatap mataku. Aku ingin melihat erotisme di bola matamu ketika menjilat-jilat kemaluanku.”

Baca Juga: Cerita Sex Kurelakan Diriku Disetubuhi Sopirku Karna Penasaran

Aku menengadah untuk menatap matanya. Sambil melingkarkan kedua lenganku di pinggulnya, aku mulai menjilat serta menghisap kembali cairan lendir yg tersisa di lipatan-lipatan bibir kewanitaannya.
“Kamu memujaku, Thomas?”
“Ya, aku memuja betismu, pahamu, serta di atas segalanya, yg ini.., muuah!” jawabku sambil mencium kewanitaannya dgn mesra sepenuh hati. Bu Tiara tertawa manja sambil mengusap-usap rambutku.

Cerita Sex Nikmatnya Menikmati Tubuh Seksi Suster Pribadiku


Cerita Sex Nikmatnya Menikmati Tubuh Seksi Suster Pribadiku – Kali ini JEJAKMALAM akan menceritakan Cerita Hot ketika diriku menikmati tubuh seksi suster pribadiku. Mau tahu kelanjutan ceritanya? Langsung aja yuk baca dan simak baik-baik cerita dewasa ini.

Aqu, Wawan, adalah seorang dokter yg beberapa tahun yg lalu pernah bekerja di puskesmas kecil disuatu kecamatan di Jawa beberapa kilometer dari kota S. Ketika bekerja menjadi dokter puskesmas itu lah aqu terlibat perselingkuhan dgn suster anak buahku sendiri di puskesmas itu. Saat itu aqu masih muda (sekitar 27 tahun), kata orang parasku cakep dan macho, sedang susterku itu hitam cantik terpaut sekitar 5 tahun lebih muda dariku. Aqu sendiri saat itu sudah berkeluarga beranak satu berumur 2 tahun, demikian pula susterku yg bernama Ningsih sudah bersuami namun belom punya momongan.

Pada saat pertama kali datang melihat puskesmas tempat aqu akan bertugas selama 5 tahun yg terletak di suatu kecamatan yg lumayan jauh dari kota kabupaten, aqu datang sendirian. Di sana aqu ditemui oleh seorang suster wanita yg sudah bekerja di sana selama tiga tahun semenjak puskesmas itu selesai dibangun.

Poker Uang Asli Casino Online
“Ningsih”, begitu dia memperkenalkan diri sambil menyodorkan tangannya. Dalem hatiku, “Aduh, cantik betul suster ini”.

Sambil bertanya tentang berbagai hal, yg menygkut kunjungan pasien, tentang pelaksanaan program kesehatan yg selama ini dikerjakan olehnya (selama ini puskesmas dipimpin olehnya yg merupakan satu-satunya suster dgn dibantu oleh 2 orang petugas lain), tentang keadaan masyarakat sekitar puskesmas, dll, aqu tak puas-puasnya memandangi parasnya yg cantik itu. Sebaliknya, si cantik ini juga sering dgn berani menatapku balik sambil senyum agak menantang. Pikirku, “Gawat juga anak ini”, kelihatannya dia sangat tertarik secara seksual padaqu.

Dia cerita kalau sudah menikah selama 2 tahun dan belom berhasil hamil juga. Aqu bilang dgn sedikit menggoda: “Wah, jangan-jangan suamimu kurang hebat caranya. Kapan-kapan saya ajari ya”.

“Ya dok, tapi jangan suami saya saja yg diajari, saya juga dong”, ujarnya. Beberapa minggu kemudian, aqu benar-benar sudah bertugas di puskesmas ini. Aqu tinggal di rumah tugas di samping kantor yg masih satu kompleks dgn puskesmas, demikian pula Ningsih tinggal di
rumah tugas pada kompleks yg sama namun di sisi lainnya. Istriku dari pagi sampai menjelang sore pergi ke kota S untuk bekerja. Jadi sesiangan rumahku nyaris kosong.

Pada hari pertama, aqu mengajak Ningsih berboncengan memakai motor ke desa-desa tempat wilayah kerjaqu untuk orientasi dan berkenalan dgn beberapa kepala desa yg kebetulan dilewati.

Perjalanan melalui jalan yg sebagian besar masih berupa tanah yg dikeraskan, dan di beberapa tempat berupa batu “makadam” yg bergelombang. Tangan Ningsih yg kubonceng di belakangku berkali-kali memegang paha atau pinggangku karena taqut terjatuh. Aqu senang bukan main sambil berdebar. Berkali-kali pula payudaranya yg tidak terlalu besar namun kenyal itu menyenggol di punggungku. Rupanya dia juga tak sungkan-sungkan untuk menempelkannya. Melihat sikapnya yg seperti itu, aqu meramal bahwa Ningsih suatu saat pasti bisa kuajak bergelut bugil di tempat tidur.

Badan Ningsih cukupan, tingginya sekitar 160 cm, badannya langsing, kakinya mempunyai rambut- rambut yg cukup merangsang laki laki, walau pun kulitnya sedikit gelap. Parasnya cantik mirip Tony Braxton, si penyanyi negro itu. Payudara tidak besar, yah kira-kira setangkupan telapak tanganku.Itu pun kukira-kira saja, karena di saat tugas badannya di balut seragam tugas Pemda. Rambutnya
sebahu. Yg jelas, parasnya cantik, seksi dan senyumnya menggoda.

Dalem perjalanan berboncengan Ningsih menceritakan perjalanan hidupnya sejak lulus sekolah dan langsung ditempatkan di puskesmas ini. Di sini mula-mula dia tinggal bersama adik perempuannya yg sekolahnya dibiayainya. Dia sempat berpacaran dgn seorang pemuda yg tinggal di depan rumah tugasnya, namun akhirnya justru tetangga lainnya yg memintanya untuk dijadikan menantu. Akhirnya permintaan belakangan itulah yg dipenuhinya sehingga Ningsih dinikahi oleh seorang pemuda putra seorang tokoh masyarakat desa (tetangga dekat tadi) dan cukup berada, tanpa melalui proses pacaran.

Ningsih rupanya selama itu menjadi “bunga” di desa tempat puskesmas berada. Dia menjadi inceran banyak pemuda desa situ, juga orangtua-orangtua yg menginginkannya menjadi menantunya.

Tanpa sengaja, ketika Ningsih sedang asyik bercerita, motor saya melawati lubang yg cukup membuat motor bergoyg keras, dan bibir Ningsih sempat menempel di leherku bagian belakang (aqu sedikit geli, namun tentu senang dong) dan krah bajuku terkena warna merah lipstiknya. Dia segera membersihkan krah tersebut, kawatir dicurigai istriku macam-macam. Tapi aqu tenang saja, bahkan aqu bilang: “Nggak apa-apa koq, ditempeli sekali lagi juga nggak apa-apa, apalagi kalau nggak cuma di krah baju”. “Ih, pak Wawan macam-macam …, nanti dimarahi ibu lho.”, katanya agak genit.

Beberapa minggu kemudian nggak ada kejadian istimewa, sampai suatu hari Ningsih sakit diare dan nggak bisa masuk kantor. Pembantunya menyusul ke puskesmas, dititipi pesan agar kalau saya sudah tidak terlalu sibuk bisa menengok dirinya, mungkin bisa memberi advis mengenai pengobatannya.

Sesudah pasien sepi dan tak ada pekerjaan kantor yg berarti, aqu menjenguknya ke rumahnya, dan diminta masuk kamar tidurnya. Saat itu suaminya nggak ada di rumah, karena sehari-hari suaminya bekerja di suatu pabrik di kecamatan sebelah. Aqu melihat dia berbaring di ranjang, walau pun sedang sakit, namun kulihat paras dan badannya justru makin merangsang dibalut baju tidur yg cukup seksi.

Kawatir aqu nggak bisa menahan diri di kamarnya, aqu segera minta padanya, kalau masih bisa jalan (aqu lihat sakitnya biasa saja), untuk pergi ke rumahku sesudah jam kantor minta diantar pembantu. Toh, jaraknya cukup dekat. Sementara itu dia kuberi obat seperlunya.

Sepulang kantor, Ningsih datang ke rumah diantar pembantu, kemudian pembantunya disuruhnya pulang duluan, sehingga aqu dan dia tinggal sendirian di rumahku. Pembantuku (suami-istri) kalau siang seusai bekerja pulang ke rumahnya dan petangnya kembali lagi, karena mereka adalah penduduk desa setempat.

Ningsih kusuruh masuk ke kamar periksa, kemudian kuminta berbaring di tempat tidur periksa. Aqu memasang stetoskop, dan kuminta dia untuk membuka sebagian kancing atasnya (Ningsih memakai pakaian rok dan kemeja blues yg dikeluarkan). Aqu mula-mula serius memeriksa dadanya dgn stetoskop, namun begitu melihat sembulan buahdadanya yg nggak besar di balik BREAST HOULDERnya, aqu tiba- tiba berdebar dan bergetar. Aqu nggak pernah bergetar bila memeriksa pasien wanita lain, namun menghadapi Ningsih koq lain.

Dgn spontan tanpa meminta ijin dari empunya, buahdadanya kuraba halus dari luar dan kuelus-elus. Ningsih tak membuat gerakan penolakan, matanya justru terpejam sekan menikmati. Seluruh kancing bluesnya langsung kucopoti, sehingga BREAST HOULDER Ningsih itu terlihat bebas menantang.

Bibirnya kukulum dgn cepat, sambil tanganku masih mengelus-elus buahdadanya dari luar BREAST HOULDER nya yg belom kulepas. Seperti yg sudah kuduga, kuluman bibirku disambutnya dgn ciumannya yg lembut tapi hebat. Lidahku kujulurkan dalem-dalem ke langit-langit mulutnya, sebaliknya lidahnya segera membalas dgn memilin lidahku. Aqu melihat Ningsih terengah-engah menahan emosinya, sambil mengerang: “Ssssh, pak Wawan, pak, ah … argghhh … ssshhh”.

Tanpa menunggu lama, sambil Ningsih masih tetap terbaring dan mulutnya masih kubungkam dgn bibirku, cup BREAST HOULDER nya kuangkat ke atas tanpa kucopot kancingnya terlebih dulu. Susunya langsung tersembul keluar dgn indahnya. Benar dugaanku susunya tak besar, namun bagus dan kencang dgn puting susu kemerahan yg tak terlalu menonjol. Itulah susu Ningsih yg sudah kubaygkan beberapa lama dan ingin kukulum. Itulah sepasang payudara Ningsih yg masih kenyal belom sempat mengeluarkan ASI karena belom sempat hamil.

Tangan kananku segera meraba-raba pentilnya bergantian kanan dan kiri dgn gerakan memutar yg halus. Ningsih makin menggigil dan tambah mengerang: “Paaak, Ningsih malu paak … ssshhh aargghhh … ssshh …”. Aqu terus menjilati bibir dan parasnya sambil berdiri, dan tanganku memijat- mijat susunya yg ranum. Tangan Ningsih merangkul leherku, matanya berkejap-kejap, sambil
mulutnya terus mendesah di tengah-tengah kuluman lidahku.

Sesudah puas menjilati paras dan bibirnya, mulutku beralih ke leher dan belakang telinganya. Dia makin menggelinjang sambil setengah menegakkan kepalanya. Aqu masih terus berdiri, stetoskopku sudah kulempar jauh-jauh. Segera kemudian, mulutku sudah berada di puting susu kirinya. Aqu jilat sepuasnya. Dada Ningsih menggeliat dan sekali-kali membusung, sehingga susunya makin terlihat indah dan menggairahkan. Desisan Ningsih makin menghebat, “Aaarggghhh, paaaak, aqu nggak tahan paaak …”. Tanganku pelan-pelan menelusuri pahanya yg mulus walau pun berkulit agak sedikit gelap. Tapi warna kulit seperti ini justru sangat merangsang diriku. kemaluan di balik celanaqu sudah menegang sejak tadi ketika aqu mulai pertama kali melihat BREAST HOULDER nya. Aqu mulai menelusuri pahanya pelan-pelan ke atas menuju selangkangannya di balik rok yg masih dipakainya, sambil aqu masih terus menggelomohi kedua puting susunya. Kulirik paras cantik susterku ini. Ah, betapa makin merangsangnya tampakan parasnya, yg sambil sedikit merem-melek matanya
menahan nafsu birahi, mulutnya mendesis mengerang terus menerus walau pun tidak dgn suara yg keras, “Aaarghh, paakk, aqu … aqu nggak tahan lagi paak.”

Namun, begitu tanganku sampai di pinggir celana dalemnya, tiba-tiba dia tersadar dan langsung bilang, “Ah, pak, jangan sekarang pak ..”. Aqu agak kaget, “Mengapa Sih? Aqu sudah nggak tahan Sih, kepingin menelanjangi kamu.” Ningsih menjawab: “Kapan-kapan pak untuk yg itu.”.

Aqu tak berani nekat meneruskan, tapi paras, bibir, dan susunya masih terus kujilati bergantian.

Aqu berciuman seperti itu sambil pakaianku masih lengkap dan masih tetap berdiri, sedang Ningsih sudah setengah bugil sambil tetap tergolek di ruang periksa, kurang lebih setengah jam. Akhirnya, karena aqu kawatir kalau istriku datang dari kantor, maka perbuatan kita yg sudah kerasukan nafsu birahi yg menggelegak itu kuhentikan, dan Ningsih kusuruh berpakaian kembali dan kuminta segera pulang. Aqu sempat berciuman sekali lagi. Mesra, seperti sepasang kekasih yg baru dilanda asmara.

Beberapa hari kemudian, sesudah kantor tutup, Ningsih yg sudah sembuh dari diarenya, kuminta datang ke rumah. Dia datang masih memakai seragam tugas. Demikian pula aqu.

Kusuruh dia duduk di sampingku di sofa ruang tamu. Ruang tamuku tetap kubiarkan terbuka pintunya, toh aqu tetap bisa mengontrol situasi luar rumah dari kaca besar berkorden dari dalem. Orang luar tak bisa melihat ke dalem, karena pencahayaan dari luar jauh lebih terang.

Melihat situasi luar yg cukup aman, dan saat itu di rumah tugasku hanya ada aqu dan Ningsih, maka kuberanikan mencoba melanjutkan apa yg sudah kumulai beberapa hari sebelomnya.

Ningsih yg berada di samping kananku langsung kupeluk mesra, kuelus rambutnya dan kucium bibirnya dgn rasa sayg. Namun tanpa kuduga, dgn ganas (Ningsih sepintas kuperkirakan adalah wanita yg hiperseks, dan di kemudian hari dia memang mengaquinya kalau dia nggak pernah puas ketika berhubungan seksual dgn suaminya, walau pun menurut ukurannya suaminya mempunyai kemampuan seksual yg sangat hebat), dia menyambut ciumanku dgn jilatan-jilatan lidahnya yg memilin-milin lidahku. Tangannya dgn berani meraba selangkanganku yg tertutup celana tugas dan meraba kemaluanku yg sudah menegang ketika mulai berciuman tadi. Kemaluanku dikocoknya dari luar dgn trampil dan membuatku keenakan (jujur saja, istriku tidak bisa seperti itu).

Secara cepat dan trengginas, karena nafsu yg sudah berkobar-kobar, aqu pun langsung membuka kancing seragam atasnya, dan dgn lahap kukeluarkan seluruh payudaranya yg ranum dari cup BREAST HOULDER tanpa membuka kancing yg terletak di belakangnya. Susunya langsung kuremas dgn lembut, pentilnya yg imut kupilin-pilin sampai menegang, dan aqu terus menciumi bibir dan kadang menciumi paras dan belakang telinganya. Ningsih meregang, dan kali ini dia memanggilku tidak lagi pak atau dok, namun sudah berubah menjadi `papa?, “Ehmmpph, sshh … paaaaaah, aqu sayg kamu paaah, Ningsih sayg papaaah … aaarghh ….”.

Aqu pun berganti menjawab sekenanya dan seberaninya, “Aqu juga sayg Ningsih, bener aqu sayg
kamu, hari ini aqu ingin memasukkan kemaluanku ke badanmu, sayg, boleh?”

Ningsih langsung menjawab, “Boleh yaaaang, boleh … arrghhh … sshhshh … cepatan ya yaaaang …
aaaargrhhh ….”.

Mendengar jawaban itu, tanpa ragu, aqu segera memasukkan jari kedua tanganku ke selangkangannya yg masih tertutup seragam tugas, dan dgn bernafsu kucari celana dalemnya, dan begitu ketemu, tanpa ba-bi-bu lagi langsung kupelorot dan kusimpan di saqu celanaqu. Demikian pula Ningsih, dgn terengah-engah, langsung dia membuka resleting celanaqu dgn sebelomnya melepaskan ikat pinggangku yg kemudian dia lempar jauh-jauh, dan tangannya dgn cepat menyergap kemaluanku yg berukuran panjang 14 cm dgn diameter yg cukup besar. Aqu ikut memelorotkan celanaqu walau pun nggak sampai kulepas sama sekali. Tangannya dgn cekatan mengelus kemaluanku, mengocoknya, sembari badannya menggelinjang karena jariku sudah mengelus kemaluan kemaluannya yg basah. Sebagian jariku pelan-pelan kumasukkan ke dalem lubang kemaluannya, dan kugeser-geser melingkari lubang sempit itu. Jempolku mencari kelentitnya, begitu
ketemu kuelus dgn permukaan dalem jempol.

“Ah, paaah, aqu nggak tahan paaah … aggghhh, ….. paaaah …..eeennaaak paaah …”, dia mengerang setengah berteriak, namun mulutnya segera kubungkam dgn mulutku, kukulum agar suaranya tidak terdengar oleh orang-orang yg mungkin ada di luar, kemudian kujilati bibir dan seluruh permukaan parasnya sampai basah terkena ludahku.

Sambil setengah bergumul, mataqu selalu waspada melihat keadaan luar rumah melalui kaca berkorden untuk berjaga-jaga kalau-kalau ada orang yg mau masuk ke rumah. Karena situasi yg tidak terlalu aman itu, aqu tidak berani melaqukan adegan birahi kita ini dgn berbugil total..

Tanpa menunggu lama lagi, karena darah birahi yg sudah sampai ke ubun-ubun, badan Ningsih kutarik ke depan badanku, sambil dia tetap duduk menghadap ke depan membelakangiku, dan aqu bersandar setengah duduk di sofa, dgn perlahan tapi pasti, rok bawahannya kusingkap dan kuangkat, bokongnya kupegang, selangkangannya yg sudah tak bercelana dalem kurenggangkan lebar-lebar, pahaqu kurapatkan dgn kemaluan yg mengacung ke atas, kemudian tangan kiriku memegang kemaluan dan kubimbing masukkan ke kemaluan (memek)-nya. Ningsih ikut membantu memegang kemaluanku dgn tangan kanannya, dan perlahan-lahan bokongnya diturunkan ke bawah. Kemaluannya terasa sempit juga (mungkin karena belom pernah melahirkan bayi), namun berkat bantuan lendir kemaluannya yg sudah banyak, tanpa kesulitan yg cukup berarti kemaluanku akhirnya berhasil masuk juga ke sebagian kemaluan depannya. Ningsih sambil menghadap ke depan terus mengerang, bokongnya mulai bergoyg-goyg, dinaik turunkan, agar kemaluanku bisa lebih masuk ke dalem.

“Aduuuh paaaaah, enaaak paaaah …. Ssshhh … arggh , aaduuuh paaah …”, erangnya. Aqu juga mulai mendesis merasakan enaknya kemaluan susterku yg sangat cantik dan hot ini, sambil benakku berseliweran membaygkan keberanianku menyebadani istri orang. Ah, persetan, salahnya punya istri cantik disia-siakan, sehingga masih mencari memek atasannya. Betul-betul kemaluan yg nikmat, nggak salah aqu ditempatkan di puskesmas ini, aqu bisa menikmati sepuasnya kemaluan Ningsih yg sedap. Kepunyaan istriku sendiri tidak senikmat ini.

“Narsiiih, kamu memang enaak, Ningsih …” begitu desisku.

Sambil aqu juga ikut menggerakkan bokongku naik turun seirama dgn naik turunnya bokong Ningsih, aqu mengocok kelentit Ningsih yg ada di depan dgn tangan kananku. Tangan kiriku terus meraba habis susunya yg terasa kenyal di depan. Ningsih makin menggelinjang seperti cacing kepanasan, karena kocokan jariku pada kelentitnya yg makin menonjol. Bokongnya makin dia goygkan selain naik turun juga ke kanan kiri. Rasanya bukan main enak, tak terkirakan. Beginilah rupanya rasa kemaluan Ningsihku, Ningsihku yg bisa menggantikan tugas istriku di siang hari, Ningsihku yg mempunyai gerakan badan yg hebat dan nikmat.

“Siiiih, kamu sayg papa beneran nggak, aqu eeennnaaaak Siiih ….!”

“Aaaaduuuh paaaah, Ningsih sayg paapaaaah, eennaaak juga aqu paaaah, koq bisa enaaak gini ya paaaah? Aaaargghhhh ….. ssshh … arrrgggghhhhhhhhhhhhhhhh …. Paaaaah …”

Aqu makin cepatkan kocokanku naik turun, demikian pula Ningsih, dia makin menggeliatkan badannya ke sana kemari. Sayg, aqu nggak bisa melihat badan indahnya sambil berbugil, karena situasinya yg tak memungkinkan.

Tiba-tiba Ningsih, setengah berteriak bergetar-getar badannya, “Aaarghhh … paaah, aqu nggak tahaaan paaaah, aqu mau orgasme paaaaah, paaaaah …”. Aqu sendiri hampir nggak tahan juga merasakan denyutan kemaluannya yg asyik. Sekali lagi, betul-betul kemaluan yg enak dan nikmat

“Nggak apa-apa Siiih, kalau mau orgasme, nggak usah ditahan Siiih, papa juga mau keluar, aarghhh …”.

Gerakan kemaluanku makin kupercepat walau pun tidak terlalu bebas, karena posisiku yg di bawah, sambil tanganku mengocok susu dan bibir Ningsih kucari dan kumasukkan jempolku ke mulutnya dan segera diempotnya seperti bayi sambil terus mendesah. Tak lama kemudian, Ningsih mengejang, “Arrrggghhhhh paaaaaaaaah …. Arrrghhhhhh ……”, badannya bergetar, rupanya Ningsih sudah orgasme hebat. Kemaluanku terasa dijepit berdenyut-denyut. Karena proses orgasme badannya menggeliat seksi ke belakang sehingga tampak makin menggairahkan.

Pemandangan itu, walau cukup kulihat dari belakang, membuat aqu juga sudah merasa nggak tahan lagi, geli hebat mulai terasa di ujung kemaluan yg masih berada di kemaluan Ningsih. Goyganku kupercepat lagi, Ningsih kupeluk erat-erat, dan … “Aaaarhggggghhh … aqu juga keluar Siiiih … eenaaaak Siiih …..”.

Bokong Ningsih kutarik keras-keras ke bawah agar seluruh kemaluanku terbenam di kemaluannya, dan kusemprotkan keras-keras air maniku ke dalem kemaluannya, sambil berharap agar ada spermatozoa yg bisa menyerbu ovumnya sehingga menghasilkan pembuahan, karena mendadak hari ini aqu merasa mencintai Ningsih, tidak sekedar mencari kepuasan seksual saja.

“Ooooh paaaah, aqu cinta kamu paaaah …., Ningsih sayg kamu paaah. Aqu kepingin anak dari kamu paaah …” kata Ningsih sambil terus memutar-mutarkan dan menekan bokongnya menjadikan kemaluanku seperti diperas-peras isinya, dan beberapa kali menyemprotkan mani sampai ludas. “Aqu juga sayg kamu, Ningsih … kapan-kapan aqu ingin mengajakmu main seks sambil betulan telanjang bulat, mau ya Siih …?”

Baca Juga: Cerita Sex Enaknya Menikmati Memek Mbak Tiara Dari Bawah Mejanya

Ningsih langsung menjawab dgn manja: “Tentu Ningsih mau sekali paah, minggu depan ya paah, kita cari tempat enak untuk bikin anak yg nikmat ya paah?”

Cerita Sex Diriku Rela Disetubuhi Supirku Karna Terkena Guna Guna

Cerita Sex Diriku Rela Disetubuhi Supirku Karna Terkena Guna Guna – Kali ini DUNIADEWASA akan menceritakan Cerita Hot ketika diriku hanya bisa pasrah disetubuhi oleh supirku karna pengaruh Guna-Guna. Mau tahu kelanjutan ceritanya? Langsung aja yuk baca dan simak baik-baik cerita dewasa ini.

Dalam hidup, aku tak merasa ada masalah rumah tangga maupun pekerjaan. Suamiku juga amat pengertian dan memenuhi segala kebutuhanku baik lahir maupun batin. Akupun dilahirkan dalam lingkungan yang memegang teguh agama dan adat jawa. Dan tak heran setamat kuliah aku dan Mas Hendarto memutuskan untuk menikah, karena kita telah lama pacaran.

Dalam kehidupan, aku boleh dibilang berkecukupan, selain Bapakku yang seorang pamong di daerah jawa tengah, orang tua Mas Hendartopun terbilang orang cukup berada dan menetap di jakarta. Setelah menempuh hidup bersama dalam rumah tangga selama 1,5 tahun, maka kita merencanakan menunda punya anak. Mas Hendarto ingin aku mencurahkan perhatianku kepada pekerjaan dan ingin tetap menikmati kehidupan berdua tanpa di ganggu anak terlebih dahulu.

Poker Uang Asli Casino Online
Saat ini usiaku menginjak 27 tahun. tinggiku 168cm dengan rambut sebahu. kulitku kata kawan2ku sawo matang, karena jika putih pasti kalah denagn orang chinese. Tak heran selama aku kuliah dulu di daerah surakarta,banyak kawan sekampusku yang coba mendekati, tetapi hatiku terpaut pada Mas Hendarto saja. Bukan materi yang aku kejar pada dirinya, tetapi karena sikapnya yang santun thdp aku.

Kawan2 bilang aku terkemudian pilih2,tetapi semua itu salah, dan kebetulan Mas Hendarto datang kekostku skemudian pake BMW kadang mercy milik orang tuanya. Tapi aku lebih suka jika ia datang dan jemput pake sepeda motor saja. Bukan apa2, di kampungku orangtuaku juga punya mobil seperti itu. Kehidupan sexualku normal dan Mas Hendartopun tau ttg seleraku. Ia amat mengerti kapan kita bisa berhubungan badan dan kapan tak. Akupun tak mau Mas Hendarto terkemudian memporsir tenaganya untuk melakukan kewajibannya. Sebagai wanita jawa aku dituntut untuk nrimo dan pasrah saja.

Kita tinggal di surakarta dan menempati rumah pemberian orang tua Mas Hendarto. Di rumah yang luas dan asri ini, kita tinggal dan dikawani dua orang pembantu suami istri. Kedua pembantu itu telah lama ikut dengan orang tua Mas Hendarto. Usia mereka kira2 65 tahun. yang perempuan bernama mak Ijah dan pak bidin. Kita mempercayakan rumah kepada mereka jika kita pergi kerja. Setiap hari aku kekantor kadang diantar Mas Hendarto dan kadang aku nyetir sendiri.

Suatu saat aku pulang kantor dan mau kerumah, aku tanpa sengaja menyerempet sebuah sepeda yang dikemudikan oleh seorang lelaki paro baya. Lelaki itu jatuh dan aku karena takut dan terkejut, maka aku larikan saja mobilku kearah rumah. Sesampai dirumah aku, masukkan mobil dan diam di kamar. Masih terbayang olehku saat, lelaki itu jatuh dan memanggil manggil aku untuk berhenti, tetapi aku tancap gas.

Dirumah perasanku tak tenang dan itu aku diamkan saja dari Mas Hendarto. setelah kejadian itu besoknya aku minta diantar kekantor dengan Mas Hendarto. hampir tiap malam aku bermimpi bertemu dengan lelaki yang ku tabrak itu. sampai2 Mas Hendarto heran akan sikapku yang berubah dingin dan gundah gulana. Kemudian Mas Hendarto menanyakan sebab perubahan sikapku itu. Akupun berterus terang dan Mas Hendarto memahaminya. Kemudian ia sarankan aku untuk menagmbil seorang driver, untuk mengantarku. Akupun setuju, sebab aku memang trauma sejak saat itu menyetir sendiri.

Beberapa hari kemudian, datanglah driver yang dicari Mas Hendarto itu. Alangkah terkejutnya aku, soalnya itu adalah orang yang aku tabrak tempo hari. Iapun terkejut, tetapi aku berusaha mengatur sikapku, aku yakin iapun masih ingat denganku saat ku tabrak. Supaya Mas Hendarto tak curiga pada orang yang ku tabrak itu, maka aku setuju saja jika ia jadi driverku. Aku pikir itung2 balas jasa atas kesalahanku saat itu. Namanya Pak Ramzy, Usianya kira2 66 tahun, tetapi masih kuat dan sehat.

Sejak saat itu aku skemudian diantar Pak Ramzy kemana aku pergi, baik kekantor atau belanja. Setiap pagi ia telah ada di rumah, dan siap2 membersihkan mobilku. Sedang suamiku telah akrab dgn Pak Ramzy. Suatu hari saat mengantar aku kekantor sambil bincang2 Pak Ramzy, bilang padaku.

“Bu.. kalau ndak salah ibu dulu, nabrak saya dengan mobil ini kan?”.. tanyanya. Aku terdiam dan Pak Ramzypun berkata,

“ibu,,, kejam dan tak bertanggung jawab”. Kemudian ku jawab…

“maaf pak.. waktu itu memang saya salah,, saya tergesa gesa saat itu,” jawabku.

“Alahhhh kalian orang kaya memang begitu.. menganggap orang lain sampah,” lanjutnya.. Kemudian ku jawab..

“jangan gitu pak? saya waktu itu benar2 khilaf” kataku lagi. Kemudian ia diam… Aku… pun diam saja saat itu, hingga sampai di rumah. Sejak kejadian itu sikapnya terhadapku jadi lain dan aku tak ambil pusing. Aneh memang kenapa sejak saat Pak Ramzy bertanya kepadaku saat itu, aku merasakan adanya sensasi tersendiri dalam hatiku saat menatap matanya. Perasaanku kepada Pak Ramzy serasa ingin terus bersama dengannya.

Jika ia pulang sore harinya,aku merasa ada yang hilang dalam hidupku. Dan pagi jika ia datang untuk mengantarku rasa itu jadi senang dan seperti kasmaran. Perasanku kepada Mas Hendarto biasa saja. Jum’at sore saat ia menjemputku, entah kenapa aku minta Pak Ramzy untuk mampir dulu untuk singgah di sebuah restoran. Disitu aku mengambil tempat agak kesudut dan suasananya amat romantis. Pak Ramzy kuajak makan. kita duduk berhadap hadapan, ia pandangngi terus mataku.

Akupun demikian seperti aku memandang mas hedra. Tanpa ada kata2 ia genggam jemariku saat itu, aku merasa tenang seperti gadis remaja dengan pasangannya. Pak Ramzy kemudian meraih tanganku dan menciumnya. Baru kali ini, tanganku di pegang orang selain suamiku dan ada rasa hangat yang mengalir di sekujur badanku. Beberapa saat kita menikmati suasana yang tak aku hendaki itu terjadi. Setelah itu kita keluar dari restoran itu dan menuju kemobil. Dalam mobiku itu, aku terdiam dan bingung akan kejadian barusan, otakku tak berjalan sebagai mana mestinya, soalnya aku bermesraan dengan driverku yang tak sepadan denganku dan ia dengan bebasnya meraih dan meremas tanganku.

Dalam mobil sebelum berjalan, Pak Ramzy menoleh kearahku,dan kembali meraih jemariku dan kemudian ia rengkuh badanku kemudian ia kecup bibirku. aku kembali seperti orang linglung. Sesampai dirumah aku terus terbayang sensasi kejadian tadi sore itu. Alangkah kurang ajarnya driverku itu, bisik hatiku. Malam harinya, dengan separo hati, aku layani suamiku dengan apa adanya. Tak ada lagi rasa nikmat yang aku rasakan saat Mas Hendarto mencumbuku dan mensebadaniku.

Hatiku skemudian terbayang wajah Pak Ramzy. Kalau pikiranku sehat saat itu, aku berpikir apa istimewanya Pak Ramzy? gak ada rasanya. tapi aku skemudian terbayang wajahnya, sampai2 saat suamiku saat berada diatas badanku saat melakukan hubungan badan, aku kira Pak Ramzy yang diatas badanku, tapi untunglah aku masih bisa mengusai diri. Besoknya aku seperti biasa diantar olehnya, dan ia tambah berani dengan meraba paha dan dadaku, tangannya aku tepiskan, namaun ia hanya senyum.

Setiap hari, matanya tak luput memandangku dari ujung rambut sampai kaki. Entah kenapa setiap hari, ada2 saja yang ia pegang dari badanku, kadang dadaku, paha, kadang ia cium bibirku. Tetapi aku tak berontak. Suatu ketika saat pulang kantor, mobil tak ia arahkan kerumah tapi, kerumahnya di kawasan kartosuro. Disana, suasananya sepi dan jarang ada rumah penduduk. Entah kenapa akau, mau saja diajak turun dan amsuk kerumahnya, yang dikelilinggi pohon2 besar.

Rumahnya terbuat dari kayu dan beratap genteng yang telah tua. Dalam rumah itu hanya ada dipan beralaskan tikar dan sebuah bantal. Kemudian Pak Ramzy menutup pintu rumah itu dan menyilahkan aku duduk di pinggiran dipan itu. Kalau dilihat, gubuknya seperti rumah dukun dan didindingnya ada semacam tulang2 dan bau menyan. Pak Ramzy kebelakang dan tak lama kemudian muncul dan duduk di sampingku.

“Bu… beginilah keadaan saya,” katanya…

“oooo.. ndak apa lah pak?” jawabku.

Kemudian tiba2 saja ia lingkarkan tangannya di bahuku.

“Aku merasa tak enak.. buk… saya,,, ingin… merasakan kehangatan badan ibu,,,” katanya.

“Dulunya istri saya masih hidup jika tak ibu tabrak saya saat itu, saya masih bisa menolongnya, tetapi ibu, membuat saya terlambat.. dan istri saya meninggal,” terangnya.

“sekarang ibu,, lah yang menggantikannya…” lanjutnya lagi. Aku diam saja saat itu, aku begitu karena pikiranku sudah kosong dan dalam diriku ada semacam hasrat yang menghentak untuk dituntaskan dan lepaskan. Setelah berkata begitu, satu persatu pakainanku jatuh kelantai dan setiap inci badanku ia raih dan remah hingga aku tak berpenutup lagi.

Aku ia baringkan di dipan kayu itu, kemudian ia buka pakaiannya hingga, sama2 bugil denganku. saat itu aku sebelumnya hanya berpakaian kantor. kemudian ia raih inci demi inci setiap rongga di badanku. Dan akhirnya ia hujamkan kejantanannya kekemaluanku berkali kali. ,hingga derit dipan itu terdengar. Aku hanya mendengus dan merasa terus dijadikan kuda pacu. Badan mulusku dijamah Pak Ramzy berulang ulang, hingga akhirnya ia pancarkan cairan hangat itu didalam kemaluanku, ada rasa hangat dan tegang saat ia sampai klimaks. Aku pun tanpa kusadari dari tadi telah pula orgasme. Badanku saat itu penuh dengan keringat dan bercampur dengan keringat Pak Ramzy.

Aku mersakan perih dan ngilu pada selangkanganku karena kejantanan Pak Ramzy panjang dan besar juga. hampir seluruh kulit badanku merah2 dan putingku serasa panas akibat gigitan Pak Ramzy. Beberapa saat kemudian aku di suruh berpakaian dan berbenah seperti biasa lagi. Kemudian aku pulang diantarkanya dengan mobilku. Dalam mobil aku merasa sesal telah mengkhianati Mas Hendarto, tetapi apa dayaku, sebab Pak Ramzy amat berkuasa terhadap badanku, hingga ia berhasil menelanjangngi dan menyebadani ku. Sejak saat itu, bila ada waktu saat aku pulang kantor, Pak Ramzy skemudian menybadaniku dan kadang jika suamiku ke jakarta, ia dengan seenaknya tidur di rumahku dan kitapun bersebadan dengan Pak Ramzy di atas ranjang kita dengan Mas Hendarto.

Setiap ia menggauliku aku skemudian merasakan puas dan pegal2 pada selangkangannku. Para pembantuku tak curiga atas tindakan kita itu. Pak Ramzy pun tampaknya bisa menutup mulut kedua pembantuku. Hampir selama 6 bulan aku menjadi bulan2an nafsu Pak Ramzy, itu, akupun merasakannya. Tetapi aku sedikit tenang, aku tak bakalan hamil, karena aku sudah memasang spiral.

Dan itu aku sadari, karena hampir setiap berhubungan sex dengan Pak Ramzy, ia skemudian mengeluarkan air maninya dalam rahimku. Dan memang aku sempat mencium bau tak enak saat ia berada diatas badanku. Bau keringatnya amat busuk, tetapi aku skemudian mengganti sprei ranjangku setiap ia meniduriku, sebab bau keringatnya akan tinggal di kain sprei itu. kamarpun aku semprot dengan wewangian dan acnya skemudian menyala.

Baca Juga: Cerita Sex Nikmatnya Menikmati Tubuh Seksi Suster Pribadiku

Dan sekian lama barulah aku mengetahui dari seorang kawan bahwa Pak Ramzy adalah seorang dukun dan aku telah di guna- gunainya. Atas saran dan bantuan seorang orang pintar di tempat rekan kerjaku itu, kini aku telah terbebas dari guna-guna Pak Ramzy. Iapun kemudian, aku pecat dan ia sempat mengancamku, akan membongkar hubungan sexku dengan ku kepada suamiku. Dengan minta duit sekitar 10 juta dari tabunganku aku, minta dia keluar. Sejak saat itu ia tak pernah muncul lagi…

Cerita Dewasa Menikmati Tubuh Janda Seksi Sebagai Hadiah Ulang Tahun


Cerita Dewasa Menikmati Tubuh Janda Seksi Sebagai Hadiah Ulang Tahun – Kali ini DUNIADEWASA akan menceritakan Cerita Sex ketika diriku mendapatkan hadiah ulang tahun yang sangat luar biasa dari seorang Janda Seksi. Mau tahu kelanjutan ceritanya? Langsung aja yuk baca dan simak baik-baik cerita dewasa ini.


Perkenalkan nama aku iwan asli kota penghasil kayu jati & kota penghasil minyak bumi.sekarang usia aku 27 taon, sudah bekerja disalah satu perusahaan didenpasar bali. Lawan mainku pada cerita hot dewasa kali ini adalah mbak laras.


mbak laras adalah seorang janda 1 anak, usianya waktu itu 29th,ukuran branya 36b,berkulit kuning langsat,bodynya sexy. mbak laras asli dari jakarta , dia kerja dimalang dimall. Awal perkenalan aku dengan mbak laras ini ketika waktu chatting di internet.


Poker Uang Asli Casino Online

suatu hari tepatnya tanggal 27 januari awal perkenalan aku dengan mbak laras kami berdua asik berchating ria sampai malem, dari situ kita saling tukar no.hp terus mengadakan pertemuan online didunia maya, sampai akhirnya terjadi ketertarikan diantara kita berdua untuk langsung kopy darat ketemuan dihotel ALOHA didaerah tugu malang deket stasiun, kami janjian ketemu jam 8 malem,

kita ketemu langsung ngobrol sampai jam 9 malem tapi tak terjadi persetubuhan, kita Cuma merayakan pertemuan & kenalan lebih dekat, jam menunjukan pukul 11 malem aku pamitan untuk minta ijin pulang kekostan, dia tetep menginap dihotel, akhirnya hari yang aku tunggu2 datang juga, mbak laras bertanya ke aku wan…


kapan kamu ulang tahun? aku jawab tanggal 7 februari mbak, & aku balik tanya kepada mbak laras??? emangnya kenapa tanya ultahku!!! dengan rasa penasaran aku bertanya terus – menerus, dia menjawab aku mau kasih hadiah special dihari ultahmu nanti , kira2 kamu mau hadiah apa wan…..???


aku jawab dengan perasaan takut bercampur gemeteran aku ngomong ajarin aku “ML MBAK”mau ngak? dengan entengnya dia menjawab oke sayang……… tunggu ya tanggal mainnya. akhirnya hari2 yang kutunggu2 tiba aku langsung cari tempat hotel yang nyaman, sepi & akhirnya jatuh pada pilihan “Hotel Asmara”.


dihotel tersebuat kami berdua melakukan persetubuhan layaknya suami istri yang dimabuk cinta yang lama tak bertemu, tepatnya dikamar no.33.waktu dah menunjukan pukul 8 malem, didalam kamar kita berdua ngobrol sebentar sambil nonton film kartun, tak terasa kami berdua akhirnya saling berciuman bercumbu, meraba2 & meremas2 sambil bergulingan dikasur….


mbak laras kemudian melepas pelukan & ciuman aku, dia lalu pergi kekamar mandi untuk mencuci vaginanya dengan pembersih dari daun sirih biar baunya harum, akhirnya permainan kami lanjutkan setelah mbak laras membersihkan vaginanya dia sudah dalam keadaan bugil , begitu juga aku dalam keadaan yang sama bugil dengan penis panjang 14cm, besar diameternya 4 cm,


penisku tegak keras seperti tiang listrik, mbak laras tersenyum melihat penisku yang begitu mengoda dia langsung menjilatin satu persatu 2 biji pelitku dari ujung sampai kepangkal, aku sontak langsung merasakan kenikmatan yang dasyat yang belum pernah aku rasakan, penisku diemut2, jilatain terasa es krim conello,aku tak kalah dengan permainannya,


aku juga melakukan menjilati 2 gunung kembarnya yang montok rasanya seperti makan permen blaster liarnya rasanya strobery & pentilnya rasa coklat. tangan kanan aku meremas2 susunya dan tangan kiriku meraba2 dan memasukan jari manisku ke gua vaginanya yang udah basah dengan carian kewanitaannya.


kami berdua sudah dalam larut kenikmatan dunia, tak memikirkan perasaan takut kalo2 petugas hotel mendengar riantihan demi rintihan kenikmatan yang kita lakukan.mbak laras mendesah “wan… terus…wan….terus”aku tambah bergairah untuk lebih giat mengerjainya & semangatku semakin membara memainkan kedua susunya,


terus aku mulai bergantian dengan permainan tangan kiri, sementara mulut aku pindah kevaginanya sambil menjilatin bibir vagina yang sudah becek, basah dengan air orgasmenya. lidahku memainkan masuk mundur kedalam liang surgawi, aku putar – putar itilnya & menyedotnya,


mbak laras semakin lama semakin mengeliat seperti cacing kepanasan, dia sambil mengoyangkan pantatnya maju mundur berirama, sesekali aku melihat matanya merem melek merasakan kenikmatan yang aku berikan sampai pada suatu titik tubuhnya mengejang keras kepalaku ditekan terjepit disela2 kedua pahanya,


sehingga aku tidak bisa bernafas 15 detik, akhirnya mbak laras berterik keras wan…. mbak udah sampai….keluar nih….. aduh nikmat sekali sayang… kamu hebat ternyata, walaupun kamu belum pernah melakukan “ML” sama cewek manapun , kamu cepet belajarnya.


Aku tersenyum pada mbak laras. kini giliran aku mulai dituntun pelan2 tapi pasti penisku dibantu masukan kedalam vaginanya, rasanya ngak bisa diungkapkan dengan kata2 ketika penisku sudah dilahap habis vegina mbak laras,


rasanya penisku ada yang menekan2 sambil aku mulai gerakan maju mundur pelan2 sampai dengan kecepatan keras mbak laras mendesah2….oh…..yes….wan terus rasanya ngak ketulungan, nikmat banget penismu sudah 5th aku ngak merasakan kenikmatan seperti ini setelah ditinggal suamiku pergi keaustralia dengan selingkuhannya, penismu bener2 nikmat udah gedhe enak lagi,


kalo penis mantan suamiku kecil pendek dan ngak bisa aku merasakan nikmatnya orgasme…… wan…. ya …mbak terus….aku pun tak kalah merasakan remasan vaginanya sampai 1jam lewat pertahanan aku jebol….., keperjakaan yang aku pertahankan akhirnya dinikmati mbak laras.


mbak aku udah ngak tahan…mau keluar spermaku …nih….terus….wan mbak juga…kita sama2 yuk!!!….. oh….yes…..yes…..mbakkkkkkkkkkkkkkkk…..oh my good…….nikamat…….ku keluar klimaks bersamaan itu mbak laras nyusul …..orgasme yang ketiga kalinya……,kami berdua istirahat sejenak 3 menit sambil berpelukan bercumbu layaknya teman tapi mesra, untuk memulihkan stamina.


Akhirnya kita berduapun menlajutkan permainan setelah stamina pulih dikamar mandi dengan gaya duduk diatas WC & gaya anjing kencing yaitu kaki mbak laras diangkat satu keatas…., dan gaya 69 dibak mandi …….kami berdua mencapai orgasme berkali2 & sampai permaianan ini berakhir jam 11 malem.


Kemudian kita trus.. mandi berdua, setelah itu kita berpakaian, kemudian aku mengantar pulang mbak laras sampai didepan pintu hotel, sedangkan aku tetep menginap dihotel karena tempat kostku jauh banget…sedangkan mbak laras pulang karena besoknya kerja, permaian sex ini kami berdua lakukan 1 minggu 3 kali, aku menjalin hubungan teman tapi mesra selama 6 bulan saja.


Baca Juga: Cerita Sex Diriku Rela Disetubuhi Supirku Karna Terkena Guna-Guna

Mbak laras dipindah tugaskan kekaltim & sampai sekarang hubungan komunikasi kita putus… karena no.hp mbak laras dah diganti jadai aku kehilangan jejak keberadaan dia. Sampai matipun aku mengharapkan & berdoa semoga kita berdua diberikan umur panjang ketemu & malanjutkan permainan terlarang ini.
 

W3C Validations

Cum sociis natoque penatibus et magnis dis parturient montes, nascetur ridiculus mus. Morbi dapibus dolor sit amet metus suscipit iaculis. Quisque at nulla eu elit adipiscing tempor.

Usage Policies